-->

Ambisi Trump Menguasai Gaza dan Pengkhianatan Para Pemimpin Muslim


Oleh : Linda Anisa

Ketika rakyat Gaza terus berjuang mempertahankan tanah dan kehormatan mereka dari penjajahan brutal Zionis Israel, dunia justru menyaksikan bagaimana ambisi kekuasaan dan pengkhianatan berkelindan dengan kejam. Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menunjukkan wajah aslinya: seorang pendukung pembersihan etnis Palestina, yang dengan tanpa malu-malu menolak proposal rekonstruksi Gaza dari Mesir dan terus memaksakan visinya untuk mengosongkan wilayah itu dari penduduk aslinya.

Dalam laporan Tribunnews dan Republika, Trump secara terang-terangan mendukung pembersihan etnis di Palestina. Bukan hanya itu, ia bahkan mengancam para mujahidin Palestina melalui media sosial, dengan membawa-bawa statusnya sebagai pemimpin negara superpower.
Ironisnya, Trump sangat percaya diri. Mengapa? Karena ia tahu bahwa sebagian besar pemimpin negara Arab dan Muslim, termasuk Mesir dan Yordania, telah tunduk dan menjadi kaki tangan proyek kolonialismenya.

Trump dan Kepalsuan Janjinya
Awalnya, Trump menjanjikan dukungan kepada Mesir dan Yordania untuk membangun kembali Gaza. Namun, janji itu hanya topeng. Ketika Mesir benar-benar mengajukan proposal rekonstruksi, Trump menolaknya mentah-mentah. Pernyataan-pernyataannya yang berubah-ubah sejak awal hanya menunjukkan satu hal: konsistensinya untuk menguasai Gaza dan menyerahkannya ke tangan Zionis Israel.

Data Kompas TV mengungkapkan adanya penolakan dari Indonesia dan beberapa pihak lain. Namun, fakta bahwa Trump masih leluasa memaksakan kehendaknya membuktikan satu hal: ia mendapat dukungan diam-diam dari para penguasa Arab yang semestinya membela rakyat Palestina.

Para Pengkhianat di Pusaran Kekuasaan
Hari ini, kita melihat dengan mata telanjang pengkhianatan para pemimpin negeri-negeri Muslim. Mereka berdiri di sisi penjajah, mendiamkan kezaliman, bahkan ikut memuluskan langkah-langkahnya. Mereka bukan saja diam ketika Gaza dibombardir, tapi juga aktif menghalangi perjuangan jihad rakyat Palestina dengan dalih “proses damai” atau “rekonstruksi”.

Kondisi ini adalah cermin dari sistem internasional yang dikendalikan oleh ideologi sekuler kapitalisme. Dalam sistem ini, tak ada tempat bagi solidaritas iman, tak ada keberpihakan pada kebenaran, dan tak ada ruang untuk jihad fi sabilillah. Semua tunduk pada kepentingan politik dan ekonomi Barat.

Jihad dan Khilafah: Solusi Tuntas untuk Palestina

Berbagai kebijakan diplomatik dan proposal damai sudah terbukti gagal. Zionis tetap menjajah, rakyat Palestina terus dibunuh, dan dunia hanya bisa menyaksikan. Karena itu, satu-satunya solusi tuntas atas persoalan Palestina adalah jihad dan Khilafah.

Jihad akan mengembalikan harga diri umat Islam. Sementara Khilafah akan menjadi institusi negara yang menyatukan kekuatan umat, menghimpun sumber daya, dan menggerakkan pasukan untuk membebaskan Palestina—bukan dengan proposal, tapi dengan kekuatan yang sah di sisi syariat.

Tentu, mewujudkan jihad dan Khilafah bukan perkara sehari dua hari. Dibutuhkan partai politik Islam ideologis yang akan memimpin perjuangan ini. Partai yang tak tunduk pada narasi Barat, tak tergiur oleh kekuasaan duniawi, dan berani menyuarakan kebenaran meski menyakitkan.

Partai ini akan mencerdaskan umat agar tak lagi tertipu narasi “solusi damai” ala penjajah. Mereka akan membentuk opini umum di tengah umat bahwa perjuangan membebaskan Palestina bukan perjuangan nasionalis semata, tapi bagian dari amanah iman yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran ideologis.
Penutup

Ambisi Trump untuk menguasai Gaza dan menyerahkannya ke tangan Zionis, serta pengkhianatan para pemimpin negeri Muslim, harus menjadi tamparan keras bagi umat Islam di seluruh dunia. Kini saatnya berhenti berharap pada PBB, Barat, atau bahkan para pemimpin boneka. Harapan itu hanya akan berujung pada kekecewaan.

Sebaliknya, mari arahkan seluruh daya dan upaya pada solusi hakiki: jihad dan penegakan Khilafah Islamiyah. Hanya dengan inilah Palestina akan benar-benar merdeka, dan kehormatan umat akan kembali ditegakkan.