-->

Anak-anak Gaza, Kegagalan Sistem Internasional, dan Urgensi Khilafah


Oleh : Ummu Aqila

Sedikitnya 100 anak menjadi korban tewas atau terluka setiap hari di Gaza sejak Israel kembali melancarkan serangan pada 18 Maret 2025, menurut data PBB. Dalam peringatan Hari Anak Palestina, PBB dan badan-badan Palestina menyampaikan kisah-kisah mengerikan tentang penderitaan anak-anak akibat agresi tersebut. UNICEF mencatat, setidaknya 322 anak tewas sejak pecahnya kembali konflik yang menghancurkan gencatan senjata dua bulan sebelumnya. Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, menyatakan bahwa gencatan senjata sebelumnya sempat memberi harapan bagi anak-anak Gaza, namun kini mereka kembali terjerumus dalam lingkaran kekerasan dan kekurangan yang mematikan, sementara Amerika Serikat tetap menunjukkan dukungannya terhadap Israel. ERAKINI Sabtu, 5 April 2025

Kebiadaban Zionis terhadap rakyat Palestina, khususnya anak-anak Gaza, telah menembus batas-batas kemanusiaan. Pembantaian massal yang mereka lakukan bukan sekadar agresi militer biasa. Ini adalah genosida. Sistematis. Brutal. Dan yang paling menyayat hati, korban terbesar adalah anak-anak. Lebih dari 39 ribu anak telah menjadi yatim. Setiap hari, sekitar 100 anak meninggal dunia, terpanggang di bawah puing-puing rumah mereka, meregang nyawa tanpa obat, tanpa makanan, tanpa pelukan terakhir dari orang tuanya.

Tragedi ini bukan hanya angka. Ini adalah bukti nyata dari kegagalan dunia internasional. Lembaga-lembaga seperti PBB, UNICEF, Amnesty International, dan segudang lembaga kemanusiaan lain nyatanya hanya bisa bersuara tanpa bisa berbuat apa-apa. Mereka menyebut diri sebagai pelindung hak asasi manusia, penjaga hak-hak anak. Tapi ketika anak-anak Gaza dibantai, mereka hanya bisa mengeluarkan “pernyataan keprihatinan”. Dunia penuh dengan regulasi, traktat, piagam, dan konvensi—namun semuanya lumpuh ketika harus berhadapan dengan kekuatan penjajah Zionis dan sekutu-sekutunya.

Ini adalah pukulan telak bagi umat Islam. Haruskah kita terus berharap kepada sistem yang nyata-nyata gagal melindungi darah dan nyawa anak-anak kita? Haruskah kita terus menanti dari lembaga internasional yang tunduk pada agenda geopolitik Barat? Jawabannya: tidak!

Sudah saatnya umat Islam sadar bahwa satu-satunya pihak yang benar-benar bisa membebaskan Palestina adalah umat Islam itu sendiri. Dan kekuatan umat hanya akan terorganisir dan mengarah jika dipimpin oleh satu kepemimpinan Islam—yaitu Khilafah.

Khilafah bukan sekadar sistem politik. Ia adalah institusi yang Allah perintahkan. Ia adalah pelindung umat dari segala bentuk kezaliman. Khilafah telah terbukti selama lebih dari 13 abad menjadi pelindung nyata bagi darah dan kehormatan kaum Muslimin. Ia tidak hanya menjaga wilayahnya, tapi juga membina anak-anaknya dengan pendidikan Islam, menjaga mereka dari kerusakan moral, dan menjadikan mereka generasi pejuang peradaban.

Bandingkan dengan hari ini. Di bawah sistem sekuler, anak-anak Gaza dibantai. Anak-anak di negeri-negeri Muslim lainnya dirusak pikirannya oleh liberalisme dan hedonisme. Tidak ada pelindung sejati bagi mereka. Tak ada junnah.

Inilah mengapa perjuangan menegakkan kembali Khilafah bukan hanya soal Palestina. Ini soal hidup matinya umat. Ini soal masa depan generasi kita. Maka menjadi kewajiban setiap Muslim—di mana pun ia berada—untuk ikut terlibat dalam perjuangan politik ini. Setiap tangan yang terangkat dalam doa, setiap lisan yang menyeru, setiap pena yang menulis, harus diarahkan untuk membangkitkan kesadaran umat akan urgennya Khilafah.

Jangan puas dengan donasi. Jangan cukup dengan demo. Jangan merasa cukup hanya dengan boikot. Semua itu baik, tapi tidak cukup. Karena persoalan utama Palestina bukan semata-mata ekonomi atau logistik. Ini soal penjajahan. Dan penjajahan hanya bisa disudahi dengan kekuatan. Yaitu kekuatan jihad yang dipimpin oleh institusi Khilafah.

Fatwa jihad yang telah dikeluarkan oleh Persatuan Ulama Muslim Internasional merupakan langkah penting. Namun fatwa saja tidak cukup. Fatwa tidak punya kekuatan eksekusi. Yang memiliki kekuatan militer adalah negara. Dan hari ini, sayangnya, negeri-negeri Muslim yang memiliki kekuatan justru diam membisu, atau bahkan membuka jalur diplomasi dengan penjajah.

Karena itu, umat Islam harus menuntut para penguasanya untuk mengirim pasukan. Atau jika mereka enggan, maka umat wajib mencabut kekuasaan dari tangan mereka dan menyerahkannya kepada pihak yang benar-benar mau memimpin dengan syariat Islam.

Khilafah tidak akan turun dari langit. Ia akan hadir jika umat menginginkannya. Dan umat hanya akan menginginkannya jika mereka sadar. Maka tugas kita hari ini adalah menyadarkan umat. Menyampaikan dakwah ini dengan penuh kesabaran, keberanian, dan konsistensi. Jangan lelah. Jangan ragu. Sebab kita tidak sedang memperjuangkan sesuatu yang utopis. Kita sedang memperjuangkan kebenaran yang dijanjikan Allah akan tegak kembali.

Anak-anak Gaza tidak membutuhkan simpati semata. Mereka butuh pembebasan. Mereka butuh pelindung. Dan pelindung sejati itu hanya akan hadir dalam wujud jihad yang dipimpin oleh Khalifah. Maka mari kita bergerak. Dari masjid ke masjid. Dari rumah ke rumah. Dari sekolah ke sekolah. Menyuarakan kebenaran ini hingga Khilafah kembali tegak dan umat ini kembali mulia. Wallahualam bishowab