Anak-anak Gaza Kelak Akan Menuntut Tanggung Jawab Kita
Oleh : Linda Anisa
Di balik puing-puing bangunan yang hancur, suara dentuman bom, dan langit yang diselimuti asap, ada tangisan ribuan anak-anak Gaza yang menjadi yatim piatu. Bayangkan…
Seorang anak kecil di Gaza terbangun dari tidur karena suara ledakan. Ia menangis, tapi bukan karena lapar atau mimpi buruk—melainkan karena ibunya sudah tak ada, dan ayahnya terbujur kaku tertimpa reruntuhan rumah. Ia kini sendirian. Di dunia yang katanya menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Setiap hari, ratusan anak di Gaza meregang nyawa. Setiap hari, rata-rata 100 anak Palestina tewas di Gaza sejak dimulainya perang. Setiap hari, luka baru tercipta. Sudah lebih dari 39.000 anak menjadi yatim piatu akibat kebiadaban zionis Israel. Ini adalah krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern, mengingat skalanya yang sangat masif. Angka-angka itu bukan statistik. Mereka adalah nama-nama, wajah-wajah mungil, dan suara-suara kecil yang tak akan pernah tumbuh menjadi dewasa.
Tragedi ini bukan sekadar deretan angka. Ini adalah bukti nyata dari kebiadaban zionis Israel yang melakukan genosida terhadap anak-anak tak berdosa. Dunia melihat, dunia mencatat, namun dunia tidak bertindak. Dunia mencatat, namun dunia juga bungkam. Mereka yang masih hidup, hari ini kehilangan masa kecilnya. Esok, mereka akan bertanya: Di mana dunia saat kami dibantai? Di mana umat Islam saat kami memanggil?
Semua ini terjadi di tengah propaganda hak asasi manusia dan jargon-jargon perlindungan anak yang gencar dikampanyekan oleh lembaga-lembaga internasional. Namun, semuanya dusta. Ketika anak-anak Palestina dibantai siang dan malam, tak satu pun lembaga internasional bergerak sungguh-sungguh untuk menghentikan genosida ini.
Kita disuguhi narasi palsu tentang kemanusiaan, padahal yang terjadi adalah pembiaran massal. Dunia hanya menonton—tanpa rasa malu. Konvensi tentang Hak Anak, Piagam PBB, hukum internasional—semua hanya menjadi dokumen kosong tanpa daya.
Inilah saatnya kita jujur mengakui: tidak ada yang bisa kita harapkan dari lembaga-lembaga internasional. Masa depan Gaza tidak akan pernah cerah jika kita hanya mengandalkan dunia yang bisu ini.
Saatnya Umat Islam Kembali Memiliki Pelindung
Umat Islam harus sadar bahwa satu-satunya jalan untuk menghentikan penderitaan ini adalah kembali kepada sistem Islam: Khilafah. Hanya Khilafah yang selama lebih dari 13 abad telah membuktikan diri sebagai ra'in (pengurus umat) dan junnah (perisai)—yang tidak akan pernah membiarkan satu anak Muslim pun dizalimi tanpa pembelaan.
Dalam naungan Khilafah, anak-anak tumbuh dengan perlindungan maksimal, pendidikan yang unggul, dan kehidupan yang mulia. Mereka menjadi generasi pembangun peradaban, bukan generasi yang direnggut nyawanya sebelum sempat bermimpi.
Kita Akan Ditanya
Anak-anak Gaza kelak akan menuntut tanggung jawab kita. Mereka akan bertanya:
“Apa yang kalian lakukan saat kami dibantai? Apakah kalian diam? Apakah kalian menunggu dunia yang tidak pernah peduli? Apakah kalian lupa bahwa kalian adalah umat yang satu tubuh?”
Setiap Muslim wajib terlibat dalam perjuangan menegakkan kembali Khilafah. Bukan karena ini sekadar solusi politik, tetapi karena ini satu-satunya jalan tuntas untuk menyelamatkan Palestina, dan semua tanah kaum Muslimin yang dirampas dan dihancurkan.
Kita tidak boleh berpangku tangan. Kita harus bergerak. Jihad dan Khilafah adalah solusi sejati. Jika kita lalai hari ini, kelak bukan hanya anak-anak Gaza yang akan menuntut kita—tapi juga Allah SWT di hari perhitungan.
Posting Komentar