-->

Derita Anak-anak Gaza, Wahai Kaum Muslimin Siapkah Kita Akan Tuntutan Mereka Nanti?


Oleh: Hasna Hanan 

Liputan6.com, Gaza - Lebih dari 39.000 anak di Jalur Gaza telah kehilangan satu atau kedua orangtua mereka akibat serangan Israel yang terus-menerus sejak 7 Oktober 2023.

Menurut Biro Statistik Palestina seperti dilansir Al Mayadeen, Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Dalam pernyataan yang dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina, biro tersebut mengonfirmasi bahwa 39.384 anak telah menjadi yatim sepanjang 534 hari pengeboman. Dari jumlah tersebut, sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orangtua dan kini "menghadapi kehidupan tanpa dukungan atau perawatan."

Sementara itu, sedikitnya 100 anak Palestina tewas atau terluka setiap harinya di Jalur Gaza sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025, kata kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini, mengutip UNICEF pada Jumat (4/4). Menyebut situasi ini mengerikan, Lazzarini menyayangkan hidup anak-anak yang terputus akibat perang yang bukan mereka yang buat

"Anak-anak ini hidup dalam kondisi yang tragis, banyak yang terpaksa berlindung di tenda-tenda yang rusak atau rumah-rumah yang hancur, dengan hampir tidak adanya perawatan sosial dan dukungan psikologis," kata pernyataan biro tersebut.

Menurut pernyataan itu, setidaknya 17.954 anak telah tewas dalam serangan Israel di Gaza, termasuk 274 bayi baru lahir dan 876 bayi di bawah usia satu tahun.

“Tujuh belas anak juga mati kedinginan di tenda-tenda yang menampung para pengungsi, dan 52 lainnya meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi sistematis,” tambahnya.

Sejak melanjutkan serangannya di Gaza setelah gencatan senjata yang rapuh membawa beberapa minggu jeda, Israel telah menutup titik-titik penyeberangan perbatasan yang vital – melarang masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, termasuk tepung, bahan bakar, dan pasokan medis ke Jalur Gaza.


Penderitaan Yang Tiada Henti 

Semua fakta ini terjadi di tengah narasi soal HAM dan tetek bengek aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak.  nyatanya aturan-aturan tersebut tak mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina

Semua ini semestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya. Masa depan Gaza/Palestina ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam atau khilafah yang semestinya sungguh-sungguh  mereka perjuangkan. 

Kaum muslimin seakan tertutup dan teralihkan kepeduliannya hanya pada solusi sesaat dan bukan selamanya untuk benar-benar membebaskan penderitaan rakyat Palestina termasuk anak-anak dan wanita yang menjadi korban terbanyak dan lemah yang mudah dihabisi oleh isriwil laknatullah

Khilafah Solusi Penderitaan anak-anak Palestina 

Khilafah berfungsi sebagai rain dan junnah, tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya. Khilafah terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman, dan memberikan support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa. 

Setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya khilafah agar mereka punya hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan sekutu-sekutunya. Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Dan solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan jihad dan khilafah

Khilafah memenuhi hak-hak anak Palestina secara riil. Khilafah menjamin keamanan mereka, kebutuhan hidup mereka, serta menyediakan sarana kesehatan dan pendidikan. Khilafah membangun Madrasah Nizhamiyah di Baitulmaqdis, Yerusalem. Madrasah inilah yang melahirkan sosok Hujjatul Islam yang keilmuannya diakui hingga saat ini, yakni Imam Muhammad Abu Hamid al-Ghazali. Beliau bahkan mengkhatamkan penyusunan kitab Ihyaa’ ‘Uluum ad-Diin di salah satu bilik Masjidilaqsa (Al-Waie, 29-4-2024).

Urgensitas khilafah menjadikan setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya Khilafah agar mereka punya hujah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh Zion*s Yahudi dan sekutu-sekutunya.

Anak-anak Palestina akan menuntut tanggung jawab kita kelak di akhirat. Apakah kita berjuang untuk membebaskan mereka atau diam saja tanpa aksi nyata? Lantas, apakah kita punya hujah di hadapan Allah Yang Maha Adil? Wallahualam bissawab