Hari Raya Pilu Anak-anak Gaza
Oleh : Dinda Kusuma WT
Kebiadaban demi kebiadaban terus dipertontonkan oleh zionis Yahudi Israel. Kendati gencatan senjata telah disepakati, namun Israel terang-terangan melanggar kesepakatan tersebut, sebagaimana kebiasaan dusta kaum zionis dari jaman dahulu kala.
Impian muslim Palestina menikmati Ramadhan damai meski ditengah reruntuhan dan pengungsian ternyata hanya impian kosong. Rudal-rudal Israel terus menggempur bahkan hingga akhir bulan Ramadhan. Hari raya Idul Fitri biasanya menjadi momen penuh keceriaan untuk umat Islam, terutama bagi anak-anak. Namun, kondisi berbeda dialami anak-anak di Gaza.
Pasukan Israel membombardir Gaza saat warga Palestina merayakan Idulfitri 1446 H, Minggu (30/3). Serangan itu menewaskan sembilan orang, termasuk lima orang anak-anak. Dilansir dari Aljazeera, warga Palestina menggelar Salat Idulfitri saat serangan Israel terus berlanjut. Dalam satu video yang diunggah oleh Pusat Informasi Palestina, suara tembakan terdengar saat salat dilaksanakan (cnnindonesia.com, 30/03/2025).
Sejak awal masa perang di Gaza, bukan rahasia jika Israel bersikap pengecut dengan membombardir tanpa pandang bulu. Wanita dan anak-anak sering menjadi sasaran rudal mereka. Seringkali rudal sengaja ditujukan ke pemukiman sipil, rumah sakit dan sekolah-sekolah.
Mereka yang selamat dari rudal dan bertahan hidup bukan berarti lepas dari penderitaan. Ribuan keluarga termasuk anak-anak di Gaza hidup tanpa tempat tinggal, makanan, dan perawatan medis yang memadai, sehingga berkontribusi terhadap memburuknya krisis kesehatan. Di kamp pengungsi, anak-anak Gaza tinggal di dalam tenda dengan penuh keterbatasan. Ancaman hawa dingin menghantui mereka saat malam.
Tenda-tenda yang dibangun seadanya tidak melindungi mereka sepenuhnya dari hawa dingin. Saat malam datang, anak-anak berkumpul di dekat api unggun untuk sedikit mengusir hawa dingin. Tangan-tangan kecil bertumpuk di atas nyala api sekedar menghilangkan hawa dingin yang menusuk tubuh. Entah kapan kondisi mengerikan ini akan berakhir.
Palestina, ibarat tuan rumah yang tidak diperbolehkan masuk oleh seorang tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya. Fakta yang terjadi saat ini kaum Muslim di Palestina tidak bisa leluasa beribadah di Masjid Al Aqsa karena pembatasan oleh tentara zionis. Mereka menerapkan pembatasan jamaah shalat di kompleks dengan dalih keamanan, namun rakyat Palestina tetap menunjukkan antusiasmenya dalam menjalankan shalat dan buka puasa di Al Quds.
Ramadhan nan agung tetap hadir membersamai rakyat Palestina meskipun dalam keadaan terjajah. Ini membuktikan bahwa zionis masih melakukan penjajahan terhadap Palestina. Rakyat Palestina masih mengalami penderitaan yang berkepanjangan. Terbukti jelas kesengsaraan kaum muslimin berada di tangan orang-orang kafir.
Sebagai mayoritas muslim kita tentu tidak boleh berdiam diri menyaksikan terus kekejaman Israel terhadap Gaza. Karena setiap amal perbuatan kita akan dicatat oleh Allah SWT. Apakah kita akan bergerak atau berdiam diri saja melihat mendengar rintihan anak-anak Gaza? Rasullullah SAW pernah bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selayaknya umat Islam merasa malu ketika saudara muslimnya dibantai namun dia tidak melakukan apa-apa. Sungguh dipertanyakan keimanan seseorang ketika berpangku tangan menyaksikan penderitaan saudaranya. Terlebih negeri-negeri dengan pemimpin Islam yang memiliki kekuatan militer. Kemanakah perginya hati nurani mereka.
Bersatunya umat Islam di dunia akan mampu mengusir dan memberantas kaum zionis Yahudi. Untuk itu dibutuhkan dakwah yang dipimpin oleh jemaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan wajibnya menegakkan khilafah, beramar ma’ruf nahi munkar dan berjuang bersama untuk mewujudkan dan menyerukan jihad ke Palestina.
Karena entitas zionis merupakan muhariban fi’lan (negara yang memusuhi dan memerangi Islam) yang wajib dihadapi hanya dengan jihad fii sabilillah di bawah komando seorang kepala negara Islam/Khalifah. Maka dari itu, dengan tegaknya daulah Islamiyah, penjajahan di tanah Palestina akan mampu diberhentikan dan seluruh permasalahannya terselesaikan.
Wallahu a’lam bish shawwab.
Posting Komentar