Idul Fitri Palestina: Hari Raya di Tengah Duka dan Derita
Oleh : Arifah Azkia N.H.,S.E
Hari raya idul fitri sudah selayaknya menjadi momen kemenangan, kebahagiaan, dan silaturahmi bagi umat Islam di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh menahan rasa lapar, dahaga, dan mengendalikan hawa nafsu, kini umat Muslim bertemu dengan bulan syawal dan merayakan keberhasilan mereka dalam menjalankan ibadah Ramadan. Namun, di tengah gema takbir yang meriah dan tawa keluarga penuh suka cita di berbagai belahan dunia, luka mendalam terasa ketika kita mengingat saudara-saudara kita di Palestina. Bagaimana mereka bisa merayakan idul fitri ditengah duka dan derita yang tak kunjung usai?
Di saat kita berkumpul bersama keluarga di meja makan yang penuh hidangan, mereka justru kehilangan keluarga, rumah, dan bahkan tanah air. Gempuran bom yang terus meluluh lantakkan tanpa henti, blokade yang melumpuhkan kehidupan, dan ketidakadilan yang tak kunjung usai membuat mereka merayakan Idul Fitri dalam bayang-bayang duka.
Gencatan Senjata Penuh Tipu Daya
“…(tetapi) mereka (Bani Israil) melanggar janji mereka, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan kepada mereka…” (QS. Al-Maidah: 13)
Sifat Zionis yahudi laknatullah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman-Nya memang termasuk segolongan kelompok yang apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji mengingkari, dan bila dipercaya mengkhianati. Maka jangan kita mudah percaya atas sikap mereka, terbukti Israel telah membunuh lebih dari 900 warga Palestina di Gaza sejak melanggar gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan serangan 11 hari lalu.
Hingga kini, Israel membunuh seorang anak Palestina di Gaza setiap 45 menit. Itu adalah rata-rata 30 anak yang terbunuh setiap hari selama 535 hari terakhir. (Tempo.co)
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan situasi Gaza saat ini. Pembantaian terjadi di seluruh wilayah, pemboman sekolah, rumah sakit, tenda pengungsi. Tak sedikit ditemukan jasad anak kecil tanpa kepala akibat bom, tubuh mungilnya bercerai berai, para wanita-wanita suci dihinakan, bapak-bapak yang mencarikan makan buat keluarganya ditangkap ditembak hingga bersimbah darah, penyakit mengerikan yang menggerogoti, makan minuman yang sangat terbatas, blokade dari penjuru arah, tubuh mereka dibakar hidup-hidup saat sedang terlelap, rudal-rudal menggemparkan bumi mengerbangkan jasad-jasad manusia, hingga kini terdapat satu kota di Gaza Mais Al-Jabal yang telah luluh lantah tak tersisa apa-apa kecuali debu, darah, dan kesedihan.
Negara-negara Arab diam. Dunia terdiam tak mampu berbuat. Telinga mereka tuli terhadap tangis jerit penuh sakit anak-anak. Mata mereka buta terhadap darah para syuhada. Seolah menjadi hal yang biasa karna penyakit Wahn (cinta dunia takut mati) telah menjangkitinya.
Mendiamkan Kedzoliman Adalah Kejahatan Sejati
Hakekat seorang Muslim adalah satu tubuh, tentu kita juga akan merasakan pilu jika di hari raya kemenangan ini ada saudara kita yang teramat menderita. Bahkan esok pun tak ada jaminan mereka masih bisa menghembuskan nafas kembali.
Maka sudah selayaknya kita tidak hanya berdiam diri terhadap kondisi saudara kita di Palestina. Tidak sepantasnya kita mengolok saudara kita yang gigih menyuarakan Palestina. Dan tidak sepatutnya kita egois hanya memikirkan permasalahan diri kita sendiri dan mentutup mata dan tak mau tahu tentang kondisi Palestina. Betapa jahatnya orang-orang yang mengatakan "jangan sibuk ngurusin Palestina" padahal inilah persoalan ummat Muslim sesungguhnya, persoalan akibat tidak terterapkannya Junnah (pelindung) ummat Islam yaitu Khilafah.
Kaum muslim tersekat-sekat, tak mampu menghentikan penindasan yang diperbuat oleh musuh-musuh Allah. Bahkan tidak sedikit pula kaum Muslim yang justru menjadi antek-antek zionis laknatullah. Naudzubillah.
Cukuplah hadits Rasulullah SAW yang terkenal ini mengingatkan kita:
"Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan”.
Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?”
Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian dan Allah akan mencampakkan penyakit wahn dalam hati kalian.
Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.”
Ummat Harus Bangkit dan Berjuang
Idul Fitri semestinya bisa membangkitkan kembali semangat persatuan umat. Sebab bagaimana mungkin kita bisa benar-benar merayakan kemenangan, jika sebagian dari kita masih terjajah dan tertindas? Kemenangan sejati adalah ketika seluruh umat merasakan kedamaian, bukan hanya sebagian.
Maka sudah saatnya ummat bangkit dan memperjuangkan kembalinya kemuliaan Islam. Karna sejatinya akar masalah dari segala problematika ummat saat ini adalah masih teradopsinya sistem demokrasi liberal sekuler. Yang mencengkram kaum muslim dan memecah belah Islam. Sistem rusak ini juga yang memberikan otoritas kepada penjajah untuk melakukan kejahatan tanpa hukuman yang menjerakan. Membuat para politisi kriminal bekerjasama untuk mencabik kaum muslim dan tanah mereka. Sungguh umat membutuhkan terterapkannya sistem Islam dalam bingkai Khilafah untuk dapat merasakan kebahagiaan hakiki, mendapatkan ridho Allah sehingga tercipta Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (sebuah negeri yang terkumpul kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya).
Dan untuk bisa terterapkannya sisten aturan Islam tentu kita harus menggencarkan dakwah menyeru dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran hingga umat memahami akan urgensinya Khilafah sebagai mahkota kemuliaan untuk seluruh umat. Terbukti Kekhilafahan Islam pernah berlangsung selama kurang lebih 13 abad lamanya. Seluruh umat dijamin kesejahteraan kemuliaan maupun keamannya dan dipenuhi haknya oleh negara tanpa membeda-bedakan antara muslim dan nonmuslim.
Wallahu a'lam bisssowab.
Posting Komentar