Krisis Terus Berulang, Indonesia Makin Terpuruk
Oleh : Lathifah Tri Wulandari, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok
Indonesia itu negara yang sengaja didesain agar mengalami krisis yang berulang. Coba deh berpikir kenapa kita seperti tidak pernah benar-benar keluar dari krisis? Seperti tahun 1998, Indonesia mengalami krisis moneter, rupiah anjlok, harga melonjak. Tahun 2008 mengalami krisis global, pengangguran naik, PHK di mana-mana. Tahun 2020 mengalami Covid-19, bisnis bangkrut, daya beli rakyat hancur, dan tentunya ada krisis-krisis berikutnya.
Sadarkah kita? Ini bukan sebuah kebetulan, melainkan hal ini sudah diatur. Kebanyakan orang akan berkata, “Ya, semua negara juga ngalamin krisis!”. "Itu siklus ekonomi, biasa aja!”. “Sabar, nanti akan pulih”. Mungkin kita bisa melihat di sosial media negara lain, mereka bangkit lebih cepat dan makin kuat. Sedangkan Indonesia? Jatuh, susah untuk bangun dan akan terus jatuh lagi. Mengapa? Karena krisis itu bukan bencana, tapi bisnis. Dan ya benar, krisis itu ladang cuan untuk orang-orang kaya.
Krisis bikin rakyat makin lemah dan mudah dikontrol, krisis itu strategi biar rakyat selalu bergantung sama sistem. Dan siapa yang untung? Sudah jelas pasti mereka (elit politik, pemilik modal, institusi keuangan global).
Bagaiman krisis global dibuat secara berulang? Gampang dan mudah sekali untuk mereka yakni dengan cara membuat sistem ekonomi yang rapuh. Jadi ketika ada guncangan sedikit rakyat yang akan kena duluan.
Pertama, gantungin ekonomi dengan utang dan investasi asing. Pemerintah minjam utang terus menerus, rakyat dijanjikan pertumbuhan ekonomi. begitu ada krisis, utang numpuk, rakyatlah yang harus bayar lewat pajak dan kenaikan harga barang. Kedua, biarin ekonomi dikuasai segelintir orang. Mau pangan, energi, atau properti yang pegang orangnya itu-itu saja. Begitu ada krisis, mereka main harga sesuka hati.
Ketiga, membuat gaji rendah dan harga tinggi. Orang dipaksa kerja keras tetapi tetap miskin. Begitu ada krisis, mereka tidak punya tabungan untuk bertahan. Keempat, manipulasi opini publik. Ketika krisis, media bakal support kita dengan kata, “Sabar dan bersatu”. Padahal yang makin kaya ya tentunya segelintir orang tersebut.
Kenapa rakyat selalu menjadi korban? Mau usaha? Sulit! Pajak tinggi, akses modal susah, persaingan tidak sehat. Mau kerja? Gaji rendah! Upah ditekan, kerja semakin berat, tetapi biaya hidup semakin naik. Mau sejahtera? Gak bisa! Kalau masih pada sekolah, pendidikan dibuat tidak berkualitas. Alhasil tidak bisa diserap sama pasar industri yang membantu untuk hidup sejahtera. Kalau sudah bekerja, seringkali upah ditekan di bawah standar dari hidup layak. Jadi setiap ada krisis, siapa yang jatuh duluan? Ya tentunya rakyat biasa. Sementara itu, mereka yang kaya? Justru makin diuntungkan!
Jadi, apa solusinya? Jangan cuma jadi korban sistem! Cari cara buat punya aset sendiri. Belajar ekonomi dan politik Islam biar tidak mudah dibodohi, bangun komunitas yang kuat biar tidak tergantung oleh sistem bobrok nan busuk, dan satu-satunya cara yang paling ampuh untuk menuntaskan segala problematika hidup yang sedang kita alami yakni dengan mengganti sistem menjadi sistem Islam rahmatan lil'alamin Khilafah ala Minhajin Nubuwah.[]
Posting Komentar