Masjid Al-Aqsa Dibatasi, Ibadah Dihalangi
Oleh : Meidy Mahdavikia
Bulan Ramadan adalah momen yang seharusnya menghadirkan kegembiraan, kekhusyukan, dan kedamaian bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, kenyataan pahit justru dirasakan oleh saudara-saudara kita di Palestina. Bagi mereka, bulan suci ini kembali dilalui dalam tekanan dan keterbatasan. Sepanjang Ramadhan 2025, akses umat Islam untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa, masjid suci ketiga dalam Islam dibatasi secara ketat oleh otoritas Zionis Israel.
Dikutip dari voi.id (15/03/2025), puluhan ribu warga Palestina tetap berbondong-bondong menuju Masjid Al-Aqsa meskipun mereka dibayang-bayangi oleh intimidasi aparat Israel yang berdalih menjaga keamanan. Bahkan, dalam sebuah insiden terbaru, pasukan Israel dilaporkan merampas pengeras suara Masjid Al-Aqsa saat umat sedang menjalankan ibadah. Tindakan semacam ini bukan hanya bentuk arogansi, tetapi juga pelecehan terhadap simbol-simbol kesucian Islam.
Pembatasan ini menegaskan satu hal penting, yaitu Al-Quds (Yerusalem) masih berada dalam cengkeraman penjajahan. Umat Islam tidak memiliki kedaulatan atas tempat sucinya sendiri. Fakta bahwa pengamanan Masjid Al-Aqsa berada di tangan penjajah kafir menjadi bukti nyata bahwa wilayah itu belum merdeka, dan umat Islam secara kolektif belum bebas dari belenggu politik dan militer musuh-musuh mereka.
Sekularisme, Racun dalam Tubuh Umat
Lantas, mengapa Al-Quds masih dijajah hingga kini, dan mengapa kaum Muslim belum mampu membebaskannya? Akar masalahnya terletak pada sistem yang mengatur kehidupan umat saat ini. Umat Islam hari ini tercerai-berai dalam sekat-sekat nasionalisme dan terkungkung dalam sistem sekuler kapitalistik yang memisahkan agama dari urusan negara dan politik.
Sistem ini telah menumpulkan sensitivitas umat terhadap penjajahan, menjadikan mereka pasif, serta lebih sibuk dengan narasi damai semu ala Barat yang justru menipu.
Zionis Israel bukanlah sekadar musuh ideologis, melainkan muhariban fi’lan (musuh aktif yang secara nyata memerangi umat). Dalam Islam, entitas seperti ini hanya bisa dihadapi dengan kekuatan jihad, bukan dengan diplomasi yang palsu. Sayangnya, sistem sekuler justru membuat para penguasa negeri Muslim tunduk dan rela menjadi pelindung kekuasaan penjajah, demi melanggengkan kepentingan politik mereka sendiri.
Dari Bara Jihad dan Khilafah, Akan Lahir Fajar Pembebasan Al-Quds
Satu-satunya solusi hakiki untuk membebaskan Al-Quds adalah dengan tegaknya kembali Khilafah Islamiyah. Khilafah adalah institusi kepemimpinan Islam yang sah dan menyatukan seluruh kaum Muslim dalam satu komando strategis.
Hanya Khilafah yang mampu mengerahkan potensi kekuatan militer dan politik umat untuk menghadapi penjajahan Zionis secara nyata.
Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya." (HR. Muslim)
Dengan adanya Khilafah, umat tak lagi berharap pada solusi-solusi palsu dari Barat. Khilafah akan menjadi pusat kendali yang menyatukan negeri-negeri Muslim dalam satu barisan jihad fisabilillah.
Penegakannya adalah qadhiyah mashiriyah (perkara hidup dan mati bagi umat Islam). Untuk mewujudkannya, dibutuhkan perjuangan dakwah yang dipimpin oleh jamaah ideologis yang menyeru pada Islam kaffah, bukan kompromi dengan penjajah.
Kini saatnya umat Islam meneguhkan tekad, membangun kesadaran politik Islam, dan bergabung dalam barisan perjuangan untuk menegakkan Khilafah dan membebaskan Al-Quds, simbol kemuliaan umat yang masih terbelenggu.
Posting Komentar