-->

Mental Ilness Jangkiti Kehidupan Pemuda Muslim, Back to Muslim Identity


Oleh : Syamsam, S.S.,M.Si (Guru Madrasah Tsanawiyah di Sulawesi Selatan)

Mental illness atau yang disebut juga gangguan kesehatan mental adalah istilah yang mengacu pada berbagai kondisi yang memengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, atau perilaku seseorang. Kondisi ini bisa terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama. Menurut hasil survei Indonesia-national Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, terdapat sebanyak 15,5 juta atau 1 dari 3 remaja (34,8%) Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Dalam survei beberapa remaja melaporkan kecenderungan perilaku bunuh diri dalam 12 bulan terakhir. Di antara keseluruhan sampel, 1,4 persen melaporkan bahwa mereka memiliki ide bunuh diri, 0,5 persen telah membuat rencana untuk bunuh diri, dan 0,2 persen melaporkan bahwa mereka telah mencoba melakukan percobaan bunuh diri dalam 12 bulan terakhir. Sebanyak 0,4 persen remaja melaporkan bahwa mereka pernah mencoba bunuh diri selama hidupnya. Namun, lebih dari 80 persen dari remaja yang melaporkan perilaku bunuh diri (yang memikirkan, merencanakan, dan/atau melakukan percobaan) dalam 12 bulan terakhir mengalami suatu masalah gangguan mental.

Sementara itu, menurut laporan dari WHO, 1 dari 7 anak berusia 10–19 tahun diketahui memiliki masalah psikologis. Di mana depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku merupakan salah satu penyebab utama penyakit serta gangguan mental di kalangan remaja. (siloamhospitals.com).

Padahal, mental yang sehat dan kuat adalah salah satu aset paling berharga yang dimiliki oleh seseorang terutama pemuda muslim. Namun, dalam era modern ini, banyak pemuda Muslim yang mengalami mental illness atau gangguan mental karena berbagai faktor, seperti tekanan hidup, pengaruh media sosial, dan kurangnya pendidikan agama. 

Salah satu fakta yang terjadi 
di Jakarta seorang remaja berusia 14 tahun tega membunuh Ayah dan neneknya dan melukai ibu kandungnya sendiri, belum diketahui motif utama pembunuhan namun kasus seperti ini biasanya dilatarbelakangi oleh gangguan kejiwaan/mental dan merupakan kasus yang jarang terjadi.

Back to Muslim Identity

Keterpurukan dan kelemahan yang menjangkiti pemuda muslim yang sejatinya mereka merupakan agent of change, pemimpin masa depan dan tonggak perubahan ada di tangan mereka. Namun sungguh disayangkan jika problem diri mereka sendiri saja belum bisa diatasinya. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemuda Muslim untuk menyadari akan jati diri mereka sebagai seorang muslim, sehingga kesadaran itu menuntunnya untuk kembali kepada tuntunan syariah sebagai konsekuensi dari keimanannya sehingga mampu menjaga mental mereka. Diantara langkah yang ditempuh untuk menjaga kesehatan mental seorang muslim adalah: 1. Meningkatkan kepercayaan diri dengan keimanan yang kuat kepada Allah: Dengan mempercayakan diri kepada Allah SWT, pemuda Muslim dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi stresnya. Melaksanakan perintah dan larangaNya: Dengan melakukan shalat, dzikir, sedekah dan amalan lainnya, pemuda Muslim dapat mengurangi stres karena waktunya dihabiskan dalam kebaikan serta meningkatkan ketenangan dalam berperilaku dan berfikir. 3. Meningkatkan kesabaran: Dengan mempercayakan diri kepada Allah SWT, pemuda Muslim dapat meningkatkan kesabaran dan menerima apa yang terjadi dalam hidup dengan sabar dan syukur atas kondisi diluar dari kehendak mereka seperti kondisi tubuh, keluarga dll.

Dengan mengembangkan kesadaran akan identitas Muslim Pemuda Muslim akan berupaya untuk memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Berupaya untuk mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga tidak mudah untuk ikut ikutan walau hanya sekedar trend tanpa dasar. 

Selain itu hal yang sangat penting juga agar kesadaran tersebut tetap terjaga adalah berupaya untuk ikut serta dan mengembangkan komunitas Muslim yang dapat membantu mereka dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup. Penting untuk membangun siricle yang mengajak pada kebaikan dan terus mengingatkan agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan.

Pendidikan dan Negara Berperan Menjaga Mental Pemuda Muslim

Pemuda Muslim pada dasarnya tumbuh dari sistem pendidikan yang didapatkannya. Sistem pendidikan yang mengarahkan pada pola pikir Islam akan melahirkan perilaku yang Islami sehingga mampu menjaga kondisi fisik dan mental pemuda Muslim. Akan tetapi jika sistem pendidikan yang mengarahkan generasi pada materi dalam hal ini berpusat pada bekerja dan pekerjaan semata (materialis/kapitalis) tanpa memperhatikan nilai moral dan agama maka sangat rentan jika mental generasi akan sangat mudah rapuh dan merusak. Namun, tidak dipungkiri bahwa mengembangkan pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari peran sebuah negara, yang kesemuanya akan berkolaborasi untuk dapat membantu generasi memahami ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, kesadaran generasi muslim akan identitas atau jati diri mereka sebagai hamba Allah yang punya keterikatan dengan hukum yang diturunkan Allah kepada seluruh ummat manusia sangat penting untuk terus ditingkatkan. Kesadaran itu akan mendorong mereka untuk menjadikan Al Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman satu-satunya dalam berfikir dan berprilaku sehingga kekhawatiran akan terjadinya kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatannya dapat diminimalisir. Tentunya, didukung oleh kekuatan sistem negara yang berbasis Islam agar keteraturan yang sesuai hukum Allah dapat diterapkan secara menyeluruh dalam segala lini kehidupan pemuda Muslim. Sebab dengan andilnya sebuah sistem negara dalam mengatur tontonan dan tuntunan maka kemaksimalan dalam mewujudkan generasi muslim yang kuat fisik dan mental dapat terwujud. Sebagaimana sejarah keemasan Islam membuktikan generasi hebat dan kuat lahir menjadi bintang yang memberi kebermanfaatan atas kecerdasan, kekuatan dan kemampuannya untuk seluruh ummat manusia dibawah sistem Islam. 
Wallahu 'alam.