-->

Nasib Tragis Anak-Anak Gaza, Menuntut Pertanggungjawaban Kaum Muslim Dunia

Oleh : Asha Tridayana

Kondisi Gaza semakin memburuk, jumlah korban semakin banyak termasuk anak-anak. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, korban tewas di Gaza mencapai 50.523 orang dan 114.776 terluka sejak 7 Oktober 2023. Sementara itu, terdapat 39.384 anak telah kehilangan satu atau kedua orang tuanya. Pernyataan ini dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina yang diperingati pada 5 April. Hal ini menunjukkan Gaza mengalami krisis anak yatim piatu terbesar dalam sejarah modern setelah 534 hari serangan Israel di Gaza. Anak-anak Gaza mesti hidup tanpa orang tua di tengah peperangan yang mengerikan, tidak ada dukungan psikologis ataupun perawatan sosial (international.sindonews.com 05/04/25).

Tidak hanya itu, setidaknya terdapat 17.954 anak tewas dalam serangan genosida Israel di Gaza. Termasuk 274 bayi baru lahir dan 876 bayi dibawah usia satu tahun. Akibat kedinginan di tenda pengungsian, kelaparan dan kekurangan gizi yang sistematis. Sementara itu, 60.000 anak berisiko meninggal dunia. Hal ini karena Israel telah melarang dan menutup jalur masuknya bantuan kemanusiaan seperti tepung, bahan bakar, dan pasokan medis ke Gaza (www.katakini.com 04/04/25).

Apalagi sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025, sedikitnya 100 anak tewas atau terluka di Gaza setiap harinya. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNWRA), Philippe Lazzarini bahwa anak-anak Palestina mesti menderita akibat perang. Tidak dibenarkan membunuh anak-anak dan jelas telah melanggar kemanusiaan. Ia pun menyebut Israel menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai senjata dalam perang. Melalui pengepungan total dan blokade seluruh bantuan penting yakni makanan, obat-obatan, dan bahan bakar telah menghancurkan populasi di Gaza (www.liputan6.com 06/04/25).

Kekejaman Israel sudah melebihi batas, genosida yang dilancarkan di Gaza telah menewaskan anak-anak bahkan yang hidup pun mesti menanggung kepedihan kehilangan orang tua. Tercatat lebih dari 39.000 anak-anak menjadi yatim di Gaza bahkan setiap harinya 100 anak meninggal dunia. Fakta memilukan tersebut terjadi disaat narasi terkait HAM dan berbagai macam aturan internasional dan perangkat hukum untuk perlindungan dan pemenuhan hak anak sedang digalakkan. Namun, segala aturan itu tidak memberikan pengaruh sedikitpun apalagi mampu menghentikan dan mencegah penderitaan anak-anak Palestina. Dengan kata lain hanya bualan tanpa bukti atau bisa jadi anak-anak Palestina yang dikecualikan.

Sungguh ironis, nasib anak-anak Palestina mesti menderita akibat perang sementara banyak kaum muslim di luar sana yang hanya berpangku tangan seolah tanpa daya. Terutama para pemimpin negeri muslim yang memilih diam dan tidak berani memberikan perlawanan. Padahal semestinya ketidakadilan yang tengah terjadi saat ini dapat menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa diharapkan dari lembaga-lembaga internasional dan sederet aturan yang dihasilkannya. Karena tidak pernah terbukti mampu menangani masalah penindasan yang dialami kaum muslim justru semakin memperumit  bahkan memojokkan umat Islam.

Masa depan Gaza-Palestina hanya akan berubah atau terbebas dari penindasan berkepanjangan jika kepemimpinan politik Islam atau khilafah diperjuangkan bersama oleh seluruh kaum muslim secara sungguh-sungguh. Dari tangan mereka sendiri, kejayaan kaum muslim akan kembali sesuai janji Allah swt. Khilafah akan menjadi rain dan junnah yang tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya sebagaimana Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana perisai, rakyat di belakangnya dan dia menjadi pelindung bagi rakyatnya" (HR Bukhari dan Muslim).

Telah terbukti selama belasan abad, adanya khilafah dapat menjadi benteng perlindungan yang aman dan berhasil memberikan dukungan terbaik untuk tumbuh kembang anak. Khilafah senantiasa menjaga dan menjamin kelangsungan hidup rakyatnya termasuk anak-anak. Segala kebutuhan dasar terpenuhi dengan baik, tidak ada anak terlantar apalagi menderita fisik dan psikologisnya. Sehingga bukan hal mustahil akan terlahir generasi cemerlang yang dapat membangun peradaban Islam dari masa ke masa.

Termasuk persoalan anak-anak Gaza akan terselesaikan ketika persoalan Palestina juga dapat selesai dengan tuntas. Sementara solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan adanya khilafah dan jihad. Melalui khilafah dengan kepemimpinan seorang khalifah, akan mengerahkan pasukan militer untuk berjihad mengusir tentara Israel dari Palestina. Karena tanpa perlawanan nyata seperti yang telah dilakukan sekarang seperti boikot, demo dan lain-lain, Israel akan tetap menindas kaum muslim dan merebut tanah Palestina.

Oleh karena itu, sudah saatnya seluruh kaum muslim bersatu dan terlibat dalam memperjuangkan tegaknya khilafah agar kaum muslim kembali memperoleh kejayaan dan memimpin peradaban dunia. Hal ini juga akan menjadi hujjah bahwa kaum muslim tidak diam dan berpangku tangan saat melihat anak-anak Gaza menderita dan ribuan korban jiwa berguguran akibat pembantaian oleh Zionis Israel dan sekutu-sekutunya. Disamping itu, dengan bersatunya seluruh kaum muslim dunia maka musuh-musuh Islam akan gentar karena memang yang diinginkan mereka tidak lain umat Islam terpecah belah agar Islam tidak pernah kembali tegak.

Wallahu'alam bishowab.