-->

Palestina, Khilafah, dan Janji Allah

Oleh : Ghooziyah

Sejak 1948, bumi Palestina terus bersimbah darah. Tanah suci yang menjadi tempat para nabi itu kini menjadi medan derita yang tiada henti. Setiap hari, rakyat Palestina kehilangan rumah, keluarga, dan nyawa. Dunia menyaksikan kekejaman yang dilakukan oleh penjajah Zionis Israel, tetapi hanya bisa memberi kecaman atau bantuan kemanusiaan yang tak pernah menyelesaikan akar masalah. Di tengah gelombang penderitaan ini, umat Islam terus bertanya-tanya: kapan pertolongan Allah datang? Kapan keadilan ditegakkan?

Bagi umat yang beriman, pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya membawa kita pada satu jawaban pasti: janji Allah tidak akan pernah salah. Dan janji itu erat kaitannya dengan keberadaan institusi agung dalam Islam yaitu Khilafah.

Palestina: Luka Umat yang Menganga

Palestina bukan sekadar isu kemanusiaan. Ia adalah bagian integral dari tubuh umat Islam. Tanahnya diberkahi, Masjid al-Aqsha yang ada di dalamnya adalah kiblat pertama kaum Muslim, dan tempat Rasulullah SAW melakukan Isra’ Mi’raj. Namun kini, Palestina menjadi simbol penderitaan akibat hilangnya pelindung sejati umat yaitu negara Islam yang menyatukan kaum Muslim dan melindungi kehormatan serta tanah mereka.

Penjajahan terhadap Palestina adalah hasil dari pengkhianatan Barat dan runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah pada 1924. Sejak itu, dunia Islam menjadi pecah, negara-negara Muslim berdiri sebagai entitas terpisah yang tunduk pada kepentingan asing. Ketiadaan Khilafah membuat Israel leluasa menjajah, sementara negara-negara Muslim hanya bisa mengecam, tanpa kemampuan politik dan militer yang terkoordinasi untuk membebaskan Palestina secara nyata.

Khilafah: Pelindung yang Hilang

Khilafah adalah institusi pemerintahan Islam yang menjadi pelindung umat. Dalam sejarahnya, Khilafah tidak hanya menyatukan umat Islam dari Maroko hingga Indonesia, tapi juga menjadi garda terdepan dalam membela kaum Muslim yang tertindas. Ketika satu wilayah umat diserang, seluruh wilayah lain merespons sebagai satu tubuh.

Realitas ini berbeda jauh dengan kondisi saat ini. Meski jumlah negara Muslim banyak, kekuatan mereka tercerai-berai. Mereka lebih sibuk menjaga kekuasaan masing-masing ketimbang bersatu melawan penjajahan. Padahal, Allah telah memerintahkan umat Islam untuk bersatu dalam satu kesatuan umat, bukan menjadi negara-negara bangsa (nation-state) yang menghalangi ukhuwah Islamiyah.

Tanpa Khilafah, umat tidak memiliki satu pemimpin yang bisa menggerakkan kekuatan politik, ekonomi, dan militer dalam membela Palestina. Seruan boikot atau bantuan kemanusiaan tidak cukup untuk menghentikan penjajahan. Hanya dengan kekuatan politik dan militer negara Islam yang bersatu di bawah naungan Khilafah sehingga Palestina bisa dibebaskan secara tuntas.

Janji Allah dan Kabar Gembira Rasulullah

Di tengah gelapnya penderitaan umat Islam hari ini, Allah memberikan cahaya berupa janji dan kabar gembira. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi...” (QS. An-Nur: 55)

Ayat ini adalah jaminan langsung dari Allah bahwa umat Islam akan kembali memimpin dunia, seperti pada masa Khulafaur Rasyidin. Namun janji ini tidak turun begitu saja. Ia disertai syarat: keimanan dan amal shalih, termasuk berjuang untuk menegakkan kembali sistem kehidupan Islam secara menyeluruh.

Rasulullah SAW juga telah memberikan kabar gembira dalam haditsnya:
“...kemudian akan kembali berdiri Khilafah Rasyidah 'ala minhaj an-nubuwwah.” (HR. Ahmad)
Hadits ini menyatakan bahwa setelah fase kekuasaan zalim dan diktator, umat Islam akan kembali berada dalam naungan Khilafah yang mengikuti metode kenabian. Ini bukan sekadar harapan, ini janji pasti dari Rasulullah yang akan menjadi kenyataan.

Palestina Akan Dibebaskan dengan Khilafah

Janji Allah dan sabda Rasulullah ini menjadi peta jalan bagi umat. Kebebasan Palestina bukan akan datang dari meja perundingan yang disponsori Barat, atau dari tekanan lembaga internasional yang berpihak pada penjajah. Palestina hanya akan dibebaskan oleh kekuatan yang berlandaskan pada akidah Islam dan bersatu dalam sistem pemerintahan yang sesuai syariah yaitu Khilafah.

Khilafah bukan berarti perang tanpa akhir. Sebaliknya, ia adalah institusi politik yang akan memimpin dunia dengan keadilan. Dalam sejarah, non-Muslim yang hidup di bawah Khilafah justru mendapatkan perlindungan dan hak-hak yang tak diberikan oleh sistem manapun di luar Islam. Begitu pula jika Khilafah kembali tegak dan membebaskan Palestina, tujuannya bukan balas dendam, tapi mengakhiri penjajahan dan menegakkan keadilan sesuai hukum Allah.

Tugas Umat Hari Ini

Realitas pahit umat Islam saat ini, termasuk di Palestina, adalah akibat langsung dari ketercerai-beraian dan pengabaian terhadap kewajiban syariah. Maka, tugas utama umat adalah menyadari bahwa solusi sejati hanya bisa terwujud dengan kembali kepada Islam secara total, termasuk dalam urusan pemerintahan.

Khilafah bukan sekadar ide masa lalu yang utopis. Ia adalah kewajiban syar’i, sebagaimana shalat dan puasa. Menegakkannya berarti menaati perintah Allah, dan melalui Khilafah, janji kemenangan dan pertolongan akan diwujudkan.

Penutup

Palestina tidak akan selamanya menderita. Allah tidak akan membiarkan kedzaliman terus berlangsung. Namun, pertolongan-Nya datang dengan syarat yaitu umat Islam harus bersatu, meninggalkan sistem kufur kapitalisme dan sekularisme, serta kembali menerapkan Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah.

Ketika Khilafah tegak kembali, Palestina bukan hanya akan dibebaskan, tapi akan menjadi titik awal kebangkitan umat Islam sedunia. Inilah janji Allah, dan janji-Nya pasti benar.

Wallahu a'lam