-->

Pelecehan Seksual di Sarana Pendidikan, Mengapa Masih Terus Terjadi?


Oleh : Linda Anisa

Dunia pendidikan seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Namun, faktanya, pelecehan seksual di lingkungan pendidikan terus berulang dan menorehkan luka mendalam, baik bagi korban maupun masyarakat luas. Seolah tak pernah jera, kasus demi kasus kembali mencuat, mengungkap sisi gelap dari dunia pendidikan yang semestinya menjadi tempat lahirnya generasi berakhlak mulia.
Kasus terbaru yang mengguncang adalah pelecehan seksual oleh seorang guru terhadap delapan murid SD di Sikka, Nusa Tenggara Timur (Tirto.id), serta pengakuan 40 siswi yang dilecehkan oleh oknum guru SMK di Kalideres, Jakarta (Kompas). Dua kasus ini hanyalah puncak dari gunung es yang menunjukkan bahwa problem pelecehan seksual bukan lagi masalah individu, tapi persoalan sistemik yang terus dipelihara dalam sistem sekuler demokrasi hari ini.

Bukan Sekadar Oknum, Ini Masalah Sistemik

Sudah saatnya kita berhenti menyederhanakan masalah ini sebagai ulah “oknum.” Berulangnya kasus di berbagai daerah dengan pola yang sama menunjukkan adanya persoalan struktural dan kultural. Sistem pendidikan hari ini gagal membentuk kepribadian luhur pada peserta didik maupun para pengajarnya. Bagaimana mungkin seorang guru yang seharusnya menjadi teladan justru menjadi pelaku tindakan bejat?
Jawabannya terletak pada sistem yang membentuk pribadi mereka. Sistem pendidikan sekuler hari ini memisahkan nilai agama dari kehidupan. Akhlak menjadi pelengkap, bukan fondasi utama. Guru diajarkan cara mengajar, bukan bagaimana menjadi pribadi bertakwa. Lebih parah lagi, media dan lingkungan pergaulan yang bebas, bahkan liberal, terus memengaruhi cara berpikir dan bertindak masyarakat, termasuk para pendidik.

Demokrasi Sekuler, Akar Masalah yang Terabaikan

Sistem demokrasi sekuler yang dijalankan saat ini membentuk manusia-manusia yang jauh dari nilai ketakwaan. Dalam sistem ini, kebebasan sering dijunjung tinggi tanpa batas. Media bebas menyebarkan konten vulgar, sistem hukum longgar terhadap pelaku pelecehan seksual, dan nilai moral hanya menjadi urusan pribadi.

Tak heran jika akhirnya pendidikan kita gagal menciptakan lingkungan aman dan bermartabat. Karena pada hakikatnya, sistem ini tidak menjadikan iman dan akhlak sebagai prioritas. Maka meskipun undang-undang dan kurikulum terus diperbarui, tanpa perubahan sistemik yang menyentuh akar masalah, pelecehan seksual akan terus berulang.

Islam: Solusi Komprehensif dan Mencegah Sejak Akar

Berbeda dengan sistem sekuler, Islam memiliki mekanisme menyeluruh untuk mencegah pelecehan seksual. Islam bukan hanya mengatur ibadah, tapi juga sistem pendidikan, sistem pergaulan, hingga sistem sanksi. Dalam pendidikan Islam, guru bukan hanya pengajar, tapi juga pembina akhlak dan teladan dalam kebaikan. Kurikulum pendidikan dibangun untuk membentuk manusia bertakwa, bukan hanya pintar secara akademik.

Pergaulan dalam Islam diatur secara jelas antara laki-laki dan perempuan agar tidak membuka celah maksiat. Media pun dikontrol agar tidak menyebarkan budaya vulgar dan bebas. Dan yang paling penting, sistem sanksi Islam sangat tegas terhadap pelaku kejahatan seksual. Bukan hanya sebagai efek jera, tapi juga sebagai bentuk penjagaan terhadap kehormatan manusia.

Islam menempatkan tiga pilar penting untuk mencegah kejahatan seksual: Ketakwaan individu – Membentuk pribadi yang sadar akan pengawasan Allah SWT. Kontrol masyarakat – Masyarakat diberi peran untuk amar makruf nahi mungkar. Negara – Negara bukan hanya penegak hukum, tapi penjaga moral publik dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Dengan ketiganya, bukan hanya pelaku yang dicegah, tapi seluruh potensi kejahatan ditekan dari akarnya. Inilah solusi konkret yang tidak bisa diberikan oleh sistem sekuler hari ini.

Saatnya Kembali ke Sistem Islam
Berulangnya kasus pelecehan seksual di dunia pendidikan bukan karena kurangnya aturan, tapi karena sistem yang gagal menciptakan manusia yang bermoral. Selama kita masih mempertahankan sistem sekuler demokrasi, maka kejahatan seperti ini akan terus membayangi generasi kita.

Saatnya kita kembali pada sistem yang menjamin kehormatan dan kemuliaan manusia: Islam kaffah. Hanya dengan Islam, pendidikan akan melahirkan generasi bertakwa dan bermartabat, serta menjadikan guru sebagai pembina, bukan pemangsa muridnya.