-->

SERANGAN MENGUAT LEBARAN PALESTINA DALAM DARURAT

Oleh : Zahra K.R (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Selepas menunaikan ibadah selama sebulan penuh, kaum Muslim mengakhiri ibadah di bulan Ramadhan dengan penuh suka cita, yaitu dengan hadirnya hari lebaran. Lebaran adalah salah satu momen bahagia yang dinantikan setiap umat Muslim. Sayangnya, hari ini momen bahagia tersebut belum bisa dirasakan oleh umat Muslim di seluruh penjuru negeri, terutama oleh saudara Muslim di Palestina dan beberapa negeri lainnya.

Bagaimana tidak? Momen yang seharusnya mereka rayakan dengan penuh suka cita, terpaksa berubah menjadi duka dan lara, akibat serangan zionis yang semakin keji dan brutal terhadap kaum Muslimin di Palestina. Mereka terpaksa harus menghadapi serangan dari penjajah kejam yang tidak mengenal belas kasih sedikitpun, dimana rasa kemanusian seolah sudah mati terpendam oleh ambisi dunia. Sedangkan, di wilayah lain, tidak jarang dari mereka terusir dari kampung halamannya, hingga terkatung-katung di tengah lautan tanpa tahu arah tujuan yang pasti. 

Sebagaimana yang dialami oleh saudara Muslim di Gaza, dimana tahun ini adalah menjadi tahun kali kedua secara berturut-turut bagi warga Gaza tidak bisa merayakan momen lebaran idul Fitri dengan penuh riang gembira. Di tengah kesibukan mereka dalam memperbanyak ibadah menjelang lebaran, mereka harus menghadapi serangan yang membabi-buta. Serangan demi serangan terus dilakukan zionis dan masih terus berlanjut. Padahal, menjelang hari lebaran, mereka berharap mendapat ketenangan dan kedamaian (Antaranews.com (30/03/2025). 

Hari selanjutnya, ketika hari raya tiba, di saat warga Palestina sedang menyambut hari kemenangan dengan penuh suka cita di pagi hari, tiba-tiba Israel datang dan merusak suasana pagi itu. Israel melakukan serangan pada mereka, hingga membunuh sembilan warga di Gaza, Palestina. Lima korban diantaranya adalah anak-anak. Sebagaimana yang telah dilansir oleh Al Jazeera (Tempo.co 30/03/2025).

Kondisi darurat yang dialami warga Gaza tidak berhenti sampai di situ. Akibat dari serangan Israel yang terus-menerus tanpa henti, membuat banyak dari mereka memilih untuk mengungsi ke sebuah kawasan kumuh yang terletak di Yordania. Kawasan tersebut bernama Kamp Wihdat. Perjalanan mereka untuk mendapatkan kamp pengungsian begitu memilukan. Dimana area penyaluran logistik yang awalnya berada di sebuah kawasan gurun tandus dipindahkan menuju kawasan bukit yang tinggi, dan dipadati oleh jumlah penduduk dengan kondisi lingkungan yang sangat kumuh. Tidak hanya itu, perjalanan menuju kawasan tersebut pun begitu menantang. Jalan berkelok-kelok, tanjakannya sangat tajam dan curam, dan harus melewati gang sempit yang membuat pandangan sedikit kabur akibat kepulan debu yang menyeruak, serta kesulitan-kesulitan lain yang juga mereka hadapi. Selain itu, kawasan yang memiliki luas 4 Km persegi tersebut, dihuni oleh kurang lebih sebanyak 900ribu pengungsi (Metrotvnews.com 30/03/2025). 

Fakta ini, telah menjadi bukti bahwa umat belumlah merasakan kebahagiaan yang sempurna. Sebagian mereka terjajah secara fisik, sebagaimana yang terjadi di Palestina, Suriah, Rohingya, Uyghur, dan lainnya. Sementara, sebagian yang lain terjajah pemikirannya, sebagaimana yang terjadi di banyak negeri-negeri kaum Muslimin, khususnya di negeri ini. Dan hari ini, hati umat semakin merasa sakit tatkala mendengar kabar dari Palestina yang menyambut hari lebaran dengan kondisi yang sangat darurat dan begitu memprihatinkan. Nyawa kaum Muslimin di Palestina seolah tidak ada harganya. Tubuh manusia melayang-layang di udara, seolah sudah tidak ada lagi manusia yang punya rasa empati dan simpati. Rasa kemanusian seolah hilang begitu saja. Padahal, serangan di Pelestina sejak jauh-jauh hari. Dimulai dari sejak awal Ramadhan hingga datang bulan Syawal, serangan itu tidak berhenti. Namun, masih tidak ada satupun pemimpin negeri-negeri Muslim yang bertindak. 

Kehidupan umat Islam semakin sengsara. Mereka seolah-olah dihantui oleh bayang-bayang hitam yang terus mengejar dan  ingin menerkam mereka. Kondisi yang begitu memprihatinkan ini, seharusnya mampu membuka mata dan hati setiap manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya, bahwa sistem hari ini sungguh jauh dari kata layak untuk dijadikan rujukan dan pedoman kehidupan manusia. Dan membawa mereka pada kesadaran, bahwa sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan saat ini sudah berada di ambang kehancurannya. Karena, kerusakan yang disebabkan olehnya, sudah begitu tampak jelas dan nyata. 

Dengan begitu, seharusnya umat terdorong untuk mencari alternatif sistem lain untuk menggantikan sistem yang sudah rusak ini. Perlu diketahui, bahwa tidak ada satupun sistem yang mampu memberikan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia, melainkan hanya sistem yang berasal dari Sang Pencipta manusia, yaitu sistem Islam. Selain itu, sistem Islam juga satu-satunya sistem yang diridhoi oleh Allah SWT. Sebab itu, sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang shahih dan cocok diterapkan untuk mengatur segala sendi kehidupan manusia.

Bahkan, tinta sejarah telah mencatat bahwa peradaban emas yang menyinari dunia adalah peradaban Islam. Peradaban Islam hadir dari sebuah sistem sempurna yang diterapkan dalam bingkai negara. Sistem sempurna itu adalah sistem Islam. Sementara, negara yang mampu menerapkan sistem Islam secara sempurna bernama Khilafah. Khilafah adalah sebuah institusi syar'i yang akan menjadi pelindung dan penjaga. Sehingga segala bentuk penjajahan, baik secara fisik maupun non fisik akan mudah dihentikan. Dengan begitu, umat manusia pun bisa hidup dengan damai, aman, tenang, dan sejahtera. 

Kehadiran sebuah institusi bernama Khilafah ini penting adanya. Dan institusi ini tidak akan hadir tanpa ada yang memperjuangkannya. Karena itu, umat perlu menyadari akan pentingnya turut berjuang dalam mengembalikan lagi kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah. Karena, hanya Khilafah satu-satunya yang mampu menjadi perisai hakiki umat. 

Namun, perjuangan tersebut tidak mungkin jika hanya dilakukan seorang individu saja. Sebab, manusia seringkali merasa futur. Sehingga, butuh adanya sebuah jama'ah yang mampu mengantarkan umat untuk terus istiqomah berada di dalam barisan para pejuang kebenaran.  Jama'ah tersebut tentulah harus sebuah jama'ah yang mengemban Islam ideologis. Karena, agama dan kekuasaan ibarat saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan. 

Sebagaimana pernyataan Imam Al Ghazali dalam kitabnya Al iqthisad Fi Al I’tiqad, bahwa negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar, sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh, dan dasar tanpa penjaganya akan hilang. 

Oleh karena itu, perjuangan untuk menegakkan Khilafah adalah sesuatu yang sangat urgent dan harus dilakukan. Sebab, khilafah adalah mahkota kewajiban. Dimana tanpanya, aturan Allah SWT tidak bisa diterapkan secara sempurna. Dan dengan hadirnya Khilafah, seruan jihad pun akan segera dikumandangkan ke seluruh pemimpin-pemimpin negeri-negeri Muslim. Sehingga lebaran dalam kondisi darurat sebagaimana yang terjadi di Palestina, tidak akan terulang lagi karena para penjajah akan dikalahkan. 

Wallahu a'lam bish-shawwab.